Dari Layar ke Laskar Budaya: Cegah Screen Time Anak dengan Permainan Tradisional



SABANGINFO.COM, ACEH BESAR – Sebanyak 30 orang anak mengikuti kegiatan edukasi bahaya screen time dan bermain permainan tradisional, Minggu 15 Juni 2025. 

 

Kegiatan yang diselenggarakan oleh  Generasi Edukasi Nanggoe Aceh (GEN-A) ini merupakan rangkaian kegiatan Tur Edukasi GEN-A 1.0. Mengusung tema “Dari Layar Ke Laskar Budaya”, kegiatan ini bertujuan untuk untuk meningkatkan minat anak-anak dalam melestarikan permainan tradisional dan mengurangi screen time berlebih pada anak.


Kegiatan dimulai dengan ice breaking dan senam ringan, lalu dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Cindi Ainul Zahra (Relawan GEN-A) terkait bahaya screen time berlebih. Cindi menjelaskan bahwa bahaya screentime berdampak terhadap fisik, psikologis dan sosial anak. dari dampak tersebut dijelaskan bahwa waktu screen time untuk anak-anak baiknya 1-2 jam dan istirahatkan mata selama lebih dari 20 menit.  ”Hari ini kita belajar bahwa terlalu lama menatap layar atau screen time bisa berdampak buruk bagi tubuh, pikiran, dan hubungan sosial kita” Jelas Cindi yang juga merupakan mahasiswa FKIP USK.


Selain itu, peserta juga diperkenalkan dengan berbagai jenis permainan tradisional seperti engklek, ular naga, gasing, lompat tali, yang sudah langka padahal sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang motorik dan sensorik anak. “Permainan ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga membuat kita aktif bergerak, belajar kerja sama, dan mengenal budaya Indonesia yang kaya” jelas Cindi.


Para peserta kemudian ikut perlombaan permainan tradisional. Dipandu oleh Ade Rahmad Ilham dan Wildan Mubarak, permainan cingkrek bruk dan patok lele menjadi pilihan permainan yang paling diminati. Lomba yang pertama yaitu cingkrek bruk pada perlombaan ini peserta dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri 7 orang peserta, mekanisme permainan yaitu setiap peserta harus mampu untuk menuju garis finish dan kembali ke garis start bergantian dengan anggota kelompok yang lain, sampai selesai, peserta yang jatuh maka tidak mendapat nilai. 

 

Menariknya, para peserta harus bergerak menggunakan dua buah batok kelapa yang dihubungkan dengan tali sebagai alas kaki. Tali tersebut dipegang seperti stir motor, gerakan tangan dan kaki harus seirama agar mampu bergerak dengan baik.


Perlombaan berikutnya yaitu patok lele pada perlombaan ini dibagi 2 kelompok terdapat 15 orang setiap kelompoknya, saat bermain terdapat kelompok main dan kelompok jaga yang saling bergantian, permainan berlangsung selama 60 menit.  

 

Kelompok yang bermain akan melemparkan patok dari lubang ke arah luar sejauh mungkin. Kelompok yang bertugas untuk berjaga harus berusaha menangkap patok tersebut. Jika gagal menangkap, maka kelompok bermain akan memperoleh poin berdasarkan jarak antara titik jatuhnya patok dengan lubang.


 

Kegiatan ditutup dengan pengumuman kelompok pemenang dan pembagian hadiah, lalu dilanjutkan penyampaian kesan pesan dari peserta.

“Permainan hari ini menyenangkan karena bisa bermainan permainan bersama kawan-kawan dan kakak-kakak, semoga kedepannya jika kakak-kakak ada waktu boleh kembali main kesini” ujar Dahlia (14 tahun) salah satu peserta kegiatan. 


“Kami berterima kasih kepada kakak-kakak yang telah mengajak kami bermain permainan patok lele dan cingkrek bruk. Hari ini sangat seru,” ujar Fauzan (8 tahun)

“Alhamdulillah, kegiatan hari ini berjalan lancar. Adik-adik sangat antusias saat mendengarkan materi tentang screen time dan ikut aktif dalam permainan tradisional. Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat dan terus dikenang,” ujar Wildan Mubarak selaku Ketua Panitia. 


Renaldi Hasan selaku Direktur SOS Children’s Village Kota Banda Aceh memberikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan ini. “Harapan saya kegiatan ini harus terus berjalan tidak hanya di SOS namun bisa dikembangkan ke lembaga-lembaga lain yang serupa di Banda Aceh, sehingga anak-anak di lembaga pengasuhan anak ini merasa diperhatikan oleh abang dan kakaknya dan dijadikan lembaga-lembaga pengasuhan anak ini menjadi wadah kegiatan sosial bagi anak muda di  Aceh”, pesannya.


“Anak adalah masa depan bangsa. Sayangnya, tumbuh kembang anak terancam dengan hadirnya gawai dihidup mereka tanpa kontrol yang baik. Disisi lain, permainan tradisional yang terbukti menstimulasi tumbuh kembang malah terlupakan. Kita sebagai anak muda bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan ini”, Jelas Imam Maulana, Direktur Eksekutif GEN-A.[]