Pelatihan Takasi-Sera di Sabang Perkuat Peran Kader Remaja dalam Edukasi Kesehatan



SABANGINFO.COM, SABANG — Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) menggelar Pelatihan dan Pembinaan Kader TaKasi-SeRa di Pesantren Terpadu Al-Mujaddid, Sabang, pada 15 November 2025. Sebanyak 20 santri kelas 1 dan 2 SMA mengikuti pelatihan intensif untuk memperkuat kapasitas mereka sebagai edukator dan konselor sebaya.


Kegiatan ini merupakan bagian dari perluasan Program TaKasi-SeRa yang sejak 2024 diterapkan di Puskesmas Darul Kamal dan Puskesmas Meuraxa dengan 40 kader aktif. Tahun ini, program ditingkatkan dengan target pembentukan 80 kader di sekolah dan pesantren di berbagai daerah di Aceh.


*Didukung Kemenpora, Program Diperluas ke Seluruh Aceh*


Perluasan program mendapat dukungan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI melalui Good Games 2025. Dengan dukungan tersebut, implementasi tidak lagi terikat pada wilayah desa, tetapi diperluas hingga sekolah dan pesantren di seluruh Aceh. 


Dukungan ini menjadi momentum bagi penguatan ekosistem pendidikan kesehatan remaja yang berbasis partisipasi generasi muda.


*Situasi Kesehatan Remaja Masih Mengkhawatirkan*


Penguatan kapasitas remaja menjadi semakin relevan di tengah meningkatnya persoalan kesehatan di Aceh. Sepanjang 2024, tercatat 1.227 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Prevalensi stunting berada pada 28,6 persen, sementara anemia dialami oleh 32 persen remaja putri usia 15–24 tahun.


Kondisi tersebut menunjukkan perlunya pendekatan edukasi sebaya. Pesan kesehatan dari rekan sebaya terbukti lebih mudah diterima dan memberi ruang keterbukaan yang tidak selalu tercipta dalam komunikasi dengan tenaga dewasa.


*Memahami Peran Kader Sebaya*


Materi pembuka disampaikan oleh Mina Shafira, trainer GEN-A, yang menekankan posisi strategis kader sebaya dalam menjembatani informasi kesehatan.


“Remaja punya kedekatan sosial yang tidak dimiliki orang dewasa. Karena itu, pesan kesehatan sering kali lebih efektif ketika datang dari teman sendiri,” ujar Mina. “Kader sebaya menjadi jembatan penting agar isu sensitif dapat dibicarakan tanpa rasa takut maupun malu.” Ia menambahkan bahwa kedekatan emosional antar remaja dapat meningkatkan deteksi dini persoalan kesehatan mental.


Ansietas dan Depresi: Isu yang Meningkat di Kalangan Remaja


Materi kesehatan mental disampaikan oleh Agustian Hasnan Hakim, edukator GEN-A. Ia mengajak peserta memahami gejala awal ansietas dan depresi, serta bagaimana memberi dukungan pertama secara aman.


“Kecemasan dan depresi bukan sekadar ‘lemah mental’. Ini kondisi yang membutuhkan pemahaman dan dukungan,” kata Agustian. “Teman sebaya sering kali menjadi orang pertama yang melihat perubahan perilaku. Peran mereka sangat vital dalam mencegah masalah berkembang lebih jauh.”

Ia menegaskan pentingnya batasan peran, agar kader tetap mengetahui kapan harus merujuk teman ke tenaga profesional.


*Belajar Teknik Konseling KAP–GATHER*


Sesi praktik konseling dipandu oleh dr. Imam Maulana, trainer GEN-A dan Duta Pemuda Indonesia Provinsi Aceh. Peserta diajak mempraktikkan asesmen ringan, membangun percakapan suportif, dan menjaga kerahasiaan.


“Konseling sebaya bukan untuk menggantikan psikolog, tetapi untuk membuka pintu pertama,” jelas dr. Imam. “Remaja butuh ruang aman untuk bercerita, dan kader sebaya membantu menyediakan ruang itu sebelum masalah berkembang.”


Teknik KAP–GATHER, menurutnya, membantu remaja menumbuhkan empati dan kapasitas komunikasi dua arah yang efektif.


*Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis*


Materi terakhir dibawakan oleh Najwa Miftahul Jannah mengenai Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP). Ia menekankan bahwa tidak semua luka bersifat fisik.


“Banyak remaja memendam tekanan emosional tanpa tahu harus bercerita kepada siapa,” ujar Najwa. “P3LP membantu kader memahami cara memberi dukungan awal secara aman, empatik, dan tidak menghakimi.”


Pendekatan ini penting sebagai langkah awal sebelum remaja mendapatkan pertolongan lanjutan dari tenaga profesional.


Menuju 80 Kader Remaja Aceh


Pelatihan di Sabang menjadi pijakan untuk pembentukan 80 kader kesehatan remaja di seluruh Aceh. Peserta diharapkan mampu merancang edukasi partisipatif dan membuat rencana aksi sesuai kebutuhan komunitas. Dengan dukungan Kemenpora, GEN-A menargetkan hadirnya sistem kaderisasi berkelanjutan di sekolah dan pesantren.


*Membangun Ekosistem Sehat bagi Generasi Muda*


Program TaKasi-SeRa mendorong remaja menjadi penggerak perubahan—bukan sekadar penerima informasi, tetapi aktor utama dalam membangun lingkungan belajar yang sehat.


Pernyataan Penutup Direktur Eksekutif GEN-A.


Direktur Eksekutif GEN-A, dr. Imam Maulana, menegaskan komitmen lembaga dalam memperluas literasi kesehatan remaja di Aceh.

“Kami percaya perubahan besar bisa dimulai dari remaja. Mereka bukan objek, tapi subjek pembangunan,” ujarnya. “Kami berharap kader-kader ini menjadi agen yang menularkan kepedulian, empati, dan keberanian untuk berbicara tentang kesehatan.”


Pernyataan Ketua Panitia


Ketua panitia, Cutwan Annura Rezkina, menyampaikan apresiasi terhadap para peserta dan berharap kader pertama dari Sabang ini menjadi model bagi daerah lain.


“Antusiasme peserta menunjukkan bahwa remaja siap dan mampu mengambil peran penting dalam isu kesehatan,” kata Cutwan. “Kami berharap Sabang menjadi pemantik semangat bagi sekolah dan pesantren lain di Aceh.”[]